10 Langkah Mudah Jadi Penulis untuk Pemula
Mari Memulai Dengan Senyum
Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya sangat mencintai dunia tulis menulis. Begitu saja sekiranya mengenai diri saya. Punya hoby menulis dan ingin jadi penulis? Gampang banget caranya: Baca saja e-book ini. Temukan 10 langkah Mudah Menjadi Penulis untuk Pemula. Baca dan pahami lalu lakukan jika itu dirasa menyenangkan. Jika tidak? Tekuni hoby yang lain. Di sini juga saya sertakan 40 alamat penerbit yang rata-rata membutuhkan penulis baru. Yang penting senyum dulu deh.
1. Bisa Menulis.
Semua orang bisa menulis –kecuali buta huruf-. Sejak kapan kita mulai belajar untuk menulis? TK, kalau emang kita dulunya sekolah TK. SD kalau kita nggak ngelewati masa TK. Inget kan kita diajari nulis ‘ini budi’ ‘ini bapak budi’ dan bla-bla yang lainnya. Jadi modal utama menjadi penulis adalah bisa menulis. Jadi walau nggak lulus SD tapi bisa nulis, masih terbuka peluang besar untuk jadi penulis. Gampang kan langkah pertama untuk jadi penulis? Masih ragu untuk memulai karier sebagai penulis?
2. Mau Belajar.
Belajar apa? Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi penulis. Pertama: Belajar tanda baca! Hal ini dianggap sepele namun ternyata tanda baca sangat penting. Kapan titik, kapan koma, dan kapan harus besar dan huruf kecil. Kedua: Belajar untuk merangkai kata. Kata seperti apa? Tergantung sekmentasi buku apa yang kita tulis. Kalau fiksi emang harus mau belajar berhayal. Intinya adalah belajar untuk memperpanjang kata, contoh: saya menghadap kebarat! Kata itu harus dibuat menarik ketika kita menulis fiksi. Semisal diubah dengan kata demikina: Ketika awan diufuk barat mulai menguning, aku terdiam terpaku menatap semburatan cahayanya, terpaku diam tak bergerak. Lidahku kelu dan hatiku beku. Otakku enggan untuk berpaling menghadap arah yang berlawanan. Nah mengertikan maksutnya? Belajar untuk merangkai kata. Nggak susah kok kalau sering dipraktekkan. Ketiga: Belajar membaca, lah kok malah belajar membaca? Ya iyalah, dengan membaca kita akan kaya dengan berbagai macam ide dan wawasan. Keempat: Belajar komputer. Karena rata-rata penerbit selalu meminta file dalam bentuk WORD....udah ga jaman naskah ketik manual apalagi ditulis tangan.
3. Mau Mengalah.
Mengalah pada siapa? Ini langkah terpenting dalam kehidupan seorang penulis. Mengalah pada penerbit. Kenapa? Karena kita tidak akan disebut sebagai penulis jika tulisan kita tidak diterbitkan oleh penerbit. Nah, penerbit punya banyak syarat untuk menerbitkan sebuah naskah. Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan penerbit tidak menerbitkan naskah kita adalah masalah pasar. Pasar yang menentukan dan penerbit tentunya punya pandangan tersendiri dari pada apa yang dinamakan pasar. Penyakit penulis pemula adalah rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Mereka menganggap tulisannya adalah karya terbaik dan akan menajdi karya yang bestseller! Namun jangan salah! Itulah penyakit penulis pemula. Egois! Jika mau menerbitkan buku, sebaiknya sharinglah dengan editor sebuah penerbit yang anda kehendaki. Karena tanpa penerbit anda bukan siapa-siapa. Dan begitu pula sebaliknya, tanpa penulis, penerbit akan segera gulung tikar. Mengalah dalam hal ini adalah menuruti saran dari penerbit. Biasanya jika tertarik dengan naskah atau gaya penulisan kita, penerbit akan memberikan banyak masukan. Bahkan tidak jarang penerbit yang memesan sebuah tulisan pada salah satu penulis yang dianggapnya mempunyai karakter dan mempunyai gaya tulisan yang unik serta MENJUAL. Jika penerbit punya saran dan ide, sebaiknya pertimbangkan dan ikutilah.
4. Tidak Mudah Putus Asa
Putus asa dalam hal apa? Dalam hal DITOLAK! Sekedar cerita, saya telah menerbitkan 3 buah novel, tapi jangan salah! Saya sudah lebih 10 kali di tolak! Karena apa? Karena tidak sesuai dengan tema naskah yang dicari oleh penerbit. Belakangan saya tidak menulis sebelum menyakinkan diri bahwasanya tema yang akan saya tulis sama dengan penerbit yang saya tuju. Dan hasilnya? Hmmm....waktu tidak mencukupi untuk menulis semua naskah yang diinginkan beberapa penerbit. Cerita lainnya, saya pernah mengirimkan cerpen sebanyak 67 kali ke koran Nasional. Hasilnya? Tidak satupun cerpen saya di terbitkan. Solusinya? Saya mengirimkan beberapa cerpen saya ke koran luar pulau jawa! Banjarmasin, Bali, Sulawesi, Bangka, Sumatra dan hasilnya? 2 dari 5 cerpen yang saya kirim diterbitkan. Jika di tolak oleh penerbit A, belum tentu naskah kita akan di tolak oleh penerbit B. Makanya jangan langsung putus asa apalagi bunuh diri gara-gara naskah kita di tolah. Ada ratusan penerbit di Indonesia.
5. Biar Nggak Mati Ide
Pertanyaan terbanyak dalam hidup saya adalah bagaimana caranya agar ketika menulis tidak mati ide? Dalam 13 kali workshop yang saya hadiri – baik sebagai pembicara utama atau hanya sebagai tamu pendamping pembicara- saya menemukan sebuah cara unik agar ide tidak mati. Pertama: Yakin! Kita harus yakin ketika menemukan ide dan hendak menuliskan ide itu. Keyakinan kita kira-kira begini! Pokoknya ini ide adalah yang terbaik dan aku harus menyelesaikannya! Yakinkan diri kita kalau kita akan bisa menyelesaikan ide itu. Keyakina itu bisanya akan lebih mudah jika dituangakn dalam catatan pendek. Catatan perbab atau judul-judul bab. Semisal. BAB I. Peretmuan si A dan si B. BAB II Pertemuan si A dan si D. BAB III Si B tau kalau si A menyukai si B. Begitu seterusnya hingga BAB Akhir: Endingnya si A mati bunuh diri. Simple kan? Kedua: Ritme penulisa harus benar. Intinya begini, Hilangnya ide dikarenakan pola menulis yang salah. Semisal, kita sehari semalam menghadapi komputer untuk menulis. Tentulah ide akan habis. Caranya? Trik yang sudah saya praktekkan selama ini adalah mengatur waktu dan menentukan target. Satu Novel setebal 150 halaman harus selesai dalam 1 bulan. Jika sehari saya menulis 10 halam, maka dalam 15 hari saja novel itu selesai. Kapan kita menulis? Bangun tidur 3 halaman lalu mandi dan menulis lagi 2 halaman, selanjutnya beraktifitas, main, sekolah, belajar dll. Mau tidur 5 halaman. Selesailah 10 halam dalam waktu 24 jam. Ketiga: Saat menulis trus Blank? Berhentilah menulis, baca ulang catatan yang pernah dibuat soal ide dasar cerita itu. Jika masih blank juga, lakukan aktivitas lain. Jalan-jalan atau baca buku, atau nonton, atau nelpon pacar juga boleh. Keempat: Mengunci ide itu sendiri. Ide datangnya bisa kapan saja. Namun jika ide datang bertubi-tubi? Lupakan yang lain dan fokuskan pada satu ide yang sedang kita tulis.
6. Membaca Pasar.
Membaca pasar bukanlah tugas penerbit doang! Ternyata penulis juga wajib hukumnya untuk jalan-jalan ke toko buku dan melihat buku apa yang paling laris. Jika temanya sama dengan apa yang kita tulis, saya yakin semangat akan kembali membara. Membaca pasar sebenarnya sederhana, bisa langsung ke toko buku atau tanya pada temen atau baca berita. Selain untuk menumbuhkan semangat, membaca pasar akan membuat kita merasa semakin pede. Karena tema yang kita tulis lagi disukai banyak orang.
7. Menjalin Hubungan Dengan Editor.
Jangan anggap sepele yang namanya editor. Kalau kita sudah pernah ketemu, tukeran email atau nomer telpon maka jangan lupa untuk menyapanya. Jangan terlalau sering juga, nanti malah bosen dia sama kita. Seminggu sekali mungkin waktu yang tepat. Menanyakan kabar atau memberitakukan perkembangan tentang buku yang sedang kita tulis. Sederhana saja initinya. Faktor kedekatan akan menumbuhkan rasa simpati dan menghargai. Editor juga manusia kok!
8. Belajar Dari Pengalaman.
Dari mana cerita bagus itu muncul? Dari pengalaman nyata yang digaungkan dengan imajinasi. Belajar dari pengalaman memang bermanfaat dalam segala hal. Urusan cintapun, kalau belajar dari pengalam rasanya kita tidak akan merasakan sakit yang kedua kali. Menulispun juga begitu. Pengalaman adalah guru terbaik, tapi pengalaman orang lain adalah guru paling baik. Apa saja yang bisa kita perbuat dengan pengalamana dalam dunia penulisan? Banyak banget! Misalkan: Pengalaman terburuk dalam hidup, jika kita punya pengalam buruk netu kita sudah menilai yang baik itu speerti apa. Contohnya sederhana, kita beli baju di toko A, dalam seminggu udah pada robek. Kit apasti punya bayangan, kalau beli di toko B pasti akan lebih awet. Nah dari situlah kita harus mengembangkan bayangan. Walau kita tidak pernah membeli di toko B tapi kita pernah membeli di toko A, maka baliklah semua kenyataan itu dengan imajinasi kita. Di toko B semua serba sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ukuran baju pas, enak dipakai dan tahan lama serta tidak luntur. Jika hari ini kita tidak bisa menulis 10 halaman, cari tau apa sebabnya. Koreksi diri dan hindarilah melakukan hal yang sama.
9. Melihat Hasil Finasial Kedepan.
Kenapa langkah ini perlu dipertimbangkan? Manusia adalah manusia. Apaan sih maksudnya? Manusi hidup perlu uang! Nggak munafiklah. Nggak mungkin kita nggak butuh uang untuk bertahan hidup. Menulis, walau tidak banyak –sebagian memang menghasilkan uang yang sangat banyak- namun hasilnya bisa dibilang lebih dari cukup. Contoh: JK Rawing, penulisnya Harry Porter sempat mau bunuh diri sebelum menjadi penulis, karena dia sangat miskin. Sekarang? Dia menjadi penulis paling kaya di dunia. AAC? Taukan Ayat-Ayat Cinta? Novelnya bestseller, filmnya? Meledak dibioskop! Tau sendirilah berapa yang didapat penulisnya? Andrea Hirata? Hmmm...nggak usah di ceritakan deh! Saya akan menceritakan buku saya saja, lebih mudah! Salah satu buku saya, terbitan Med Pres dalam 6 bulan terakhir terjual 1.700 buku. Nggak banyakkan? Rp. 3.400.000,- dengan royalti Rp. 2.000,-/bukunya. Jika saya punya 3 buku dan rata-rata terjual 100 buku/bulannya? Maka royalti yang saya dapatkan dalam 1 bulan adalah Rp. 1.000.000,-. Berhayal sebentar, jika saya punya 2 buku bestseller? 6.000 eksemplar terjual dalam 1 bulannya? Kalikan saja Rp. 2.000,- = Rp. 12.000.000,-/bulan. Kalau satu tahun masih bestseller? Rp. 144.000.000,/tahun. Jika hoby menulis bisa menghasilkan segitu banyak uang kenapa masih ragu?
10. Publikasi Diri.
Jika naskah sudah terbit, ini bukan satu hal yang narcis. Mepublikasikan diri ternyata mampu mendongkrak penjualan buku. Pertama kali saya menulis, saya tidak mengenal internet, setelah 1 tahun menulis saya baru kenal internet. Penjualannya? Bisa dibilang meningkat tajam. MIRC, Yahoo Masangger, Bloger, multiply, forum dll. Adalah sarana untuk memperkenalkan diri. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka jangan harap orang akan membeli karya kita. Penasaran dengan saya? Kunjungi: http://endikkoeswoyo.blogs pot.com . Atau cari saja di google : endik koeswoyo. Ketemu deh! Mau sahring online? endik_penulis@yahoo.com itu yahoo masangger saya.
Diambil dari Ebook: 10 Langkah Mudah Jadi Penulis Untuk Pemula: Endik Koesoyo 2008: PiON: Penerbit Independent Online. www.penerbitonline.webs.com dan www.jaringanpenulis.com
Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya sangat mencintai dunia tulis menulis. Begitu saja sekiranya mengenai diri saya. Punya hoby menulis dan ingin jadi penulis? Gampang banget caranya: Baca saja e-book ini. Temukan 10 langkah Mudah Menjadi Penulis untuk Pemula. Baca dan pahami lalu lakukan jika itu dirasa menyenangkan. Jika tidak? Tekuni hoby yang lain. Di sini juga saya sertakan 40 alamat penerbit yang rata-rata membutuhkan penulis baru. Yang penting senyum dulu deh.
1. Bisa Menulis.
Semua orang bisa menulis –kecuali buta huruf-. Sejak kapan kita mulai belajar untuk menulis? TK, kalau emang kita dulunya sekolah TK. SD kalau kita nggak ngelewati masa TK. Inget kan kita diajari nulis ‘ini budi’ ‘ini bapak budi’ dan bla-bla yang lainnya. Jadi modal utama menjadi penulis adalah bisa menulis. Jadi walau nggak lulus SD tapi bisa nulis, masih terbuka peluang besar untuk jadi penulis. Gampang kan langkah pertama untuk jadi penulis? Masih ragu untuk memulai karier sebagai penulis?
2. Mau Belajar.
Belajar apa? Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi penulis. Pertama: Belajar tanda baca! Hal ini dianggap sepele namun ternyata tanda baca sangat penting. Kapan titik, kapan koma, dan kapan harus besar dan huruf kecil. Kedua: Belajar untuk merangkai kata. Kata seperti apa? Tergantung sekmentasi buku apa yang kita tulis. Kalau fiksi emang harus mau belajar berhayal. Intinya adalah belajar untuk memperpanjang kata, contoh: saya menghadap kebarat! Kata itu harus dibuat menarik ketika kita menulis fiksi. Semisal diubah dengan kata demikina: Ketika awan diufuk barat mulai menguning, aku terdiam terpaku menatap semburatan cahayanya, terpaku diam tak bergerak. Lidahku kelu dan hatiku beku. Otakku enggan untuk berpaling menghadap arah yang berlawanan. Nah mengertikan maksutnya? Belajar untuk merangkai kata. Nggak susah kok kalau sering dipraktekkan. Ketiga: Belajar membaca, lah kok malah belajar membaca? Ya iyalah, dengan membaca kita akan kaya dengan berbagai macam ide dan wawasan. Keempat: Belajar komputer. Karena rata-rata penerbit selalu meminta file dalam bentuk WORD....udah ga jaman naskah ketik manual apalagi ditulis tangan.
3. Mau Mengalah.
Mengalah pada siapa? Ini langkah terpenting dalam kehidupan seorang penulis. Mengalah pada penerbit. Kenapa? Karena kita tidak akan disebut sebagai penulis jika tulisan kita tidak diterbitkan oleh penerbit. Nah, penerbit punya banyak syarat untuk menerbitkan sebuah naskah. Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan penerbit tidak menerbitkan naskah kita adalah masalah pasar. Pasar yang menentukan dan penerbit tentunya punya pandangan tersendiri dari pada apa yang dinamakan pasar. Penyakit penulis pemula adalah rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Mereka menganggap tulisannya adalah karya terbaik dan akan menajdi karya yang bestseller! Namun jangan salah! Itulah penyakit penulis pemula. Egois! Jika mau menerbitkan buku, sebaiknya sharinglah dengan editor sebuah penerbit yang anda kehendaki. Karena tanpa penerbit anda bukan siapa-siapa. Dan begitu pula sebaliknya, tanpa penulis, penerbit akan segera gulung tikar. Mengalah dalam hal ini adalah menuruti saran dari penerbit. Biasanya jika tertarik dengan naskah atau gaya penulisan kita, penerbit akan memberikan banyak masukan. Bahkan tidak jarang penerbit yang memesan sebuah tulisan pada salah satu penulis yang dianggapnya mempunyai karakter dan mempunyai gaya tulisan yang unik serta MENJUAL. Jika penerbit punya saran dan ide, sebaiknya pertimbangkan dan ikutilah.
4. Tidak Mudah Putus Asa
Putus asa dalam hal apa? Dalam hal DITOLAK! Sekedar cerita, saya telah menerbitkan 3 buah novel, tapi jangan salah! Saya sudah lebih 10 kali di tolak! Karena apa? Karena tidak sesuai dengan tema naskah yang dicari oleh penerbit. Belakangan saya tidak menulis sebelum menyakinkan diri bahwasanya tema yang akan saya tulis sama dengan penerbit yang saya tuju. Dan hasilnya? Hmmm....waktu tidak mencukupi untuk menulis semua naskah yang diinginkan beberapa penerbit. Cerita lainnya, saya pernah mengirimkan cerpen sebanyak 67 kali ke koran Nasional. Hasilnya? Tidak satupun cerpen saya di terbitkan. Solusinya? Saya mengirimkan beberapa cerpen saya ke koran luar pulau jawa! Banjarmasin, Bali, Sulawesi, Bangka, Sumatra dan hasilnya? 2 dari 5 cerpen yang saya kirim diterbitkan. Jika di tolak oleh penerbit A, belum tentu naskah kita akan di tolak oleh penerbit B. Makanya jangan langsung putus asa apalagi bunuh diri gara-gara naskah kita di tolah. Ada ratusan penerbit di Indonesia.
5. Biar Nggak Mati Ide
Pertanyaan terbanyak dalam hidup saya adalah bagaimana caranya agar ketika menulis tidak mati ide? Dalam 13 kali workshop yang saya hadiri – baik sebagai pembicara utama atau hanya sebagai tamu pendamping pembicara- saya menemukan sebuah cara unik agar ide tidak mati. Pertama: Yakin! Kita harus yakin ketika menemukan ide dan hendak menuliskan ide itu. Keyakinan kita kira-kira begini! Pokoknya ini ide adalah yang terbaik dan aku harus menyelesaikannya! Yakinkan diri kita kalau kita akan bisa menyelesaikan ide itu. Keyakina itu bisanya akan lebih mudah jika dituangakn dalam catatan pendek. Catatan perbab atau judul-judul bab. Semisal. BAB I. Peretmuan si A dan si B. BAB II Pertemuan si A dan si D. BAB III Si B tau kalau si A menyukai si B. Begitu seterusnya hingga BAB Akhir: Endingnya si A mati bunuh diri. Simple kan? Kedua: Ritme penulisa harus benar. Intinya begini, Hilangnya ide dikarenakan pola menulis yang salah. Semisal, kita sehari semalam menghadapi komputer untuk menulis. Tentulah ide akan habis. Caranya? Trik yang sudah saya praktekkan selama ini adalah mengatur waktu dan menentukan target. Satu Novel setebal 150 halaman harus selesai dalam 1 bulan. Jika sehari saya menulis 10 halam, maka dalam 15 hari saja novel itu selesai. Kapan kita menulis? Bangun tidur 3 halaman lalu mandi dan menulis lagi 2 halaman, selanjutnya beraktifitas, main, sekolah, belajar dll. Mau tidur 5 halaman. Selesailah 10 halam dalam waktu 24 jam. Ketiga: Saat menulis trus Blank? Berhentilah menulis, baca ulang catatan yang pernah dibuat soal ide dasar cerita itu. Jika masih blank juga, lakukan aktivitas lain. Jalan-jalan atau baca buku, atau nonton, atau nelpon pacar juga boleh. Keempat: Mengunci ide itu sendiri. Ide datangnya bisa kapan saja. Namun jika ide datang bertubi-tubi? Lupakan yang lain dan fokuskan pada satu ide yang sedang kita tulis.
6. Membaca Pasar.
Membaca pasar bukanlah tugas penerbit doang! Ternyata penulis juga wajib hukumnya untuk jalan-jalan ke toko buku dan melihat buku apa yang paling laris. Jika temanya sama dengan apa yang kita tulis, saya yakin semangat akan kembali membara. Membaca pasar sebenarnya sederhana, bisa langsung ke toko buku atau tanya pada temen atau baca berita. Selain untuk menumbuhkan semangat, membaca pasar akan membuat kita merasa semakin pede. Karena tema yang kita tulis lagi disukai banyak orang.
7. Menjalin Hubungan Dengan Editor.
Jangan anggap sepele yang namanya editor. Kalau kita sudah pernah ketemu, tukeran email atau nomer telpon maka jangan lupa untuk menyapanya. Jangan terlalau sering juga, nanti malah bosen dia sama kita. Seminggu sekali mungkin waktu yang tepat. Menanyakan kabar atau memberitakukan perkembangan tentang buku yang sedang kita tulis. Sederhana saja initinya. Faktor kedekatan akan menumbuhkan rasa simpati dan menghargai. Editor juga manusia kok!
8. Belajar Dari Pengalaman.
Dari mana cerita bagus itu muncul? Dari pengalaman nyata yang digaungkan dengan imajinasi. Belajar dari pengalaman memang bermanfaat dalam segala hal. Urusan cintapun, kalau belajar dari pengalam rasanya kita tidak akan merasakan sakit yang kedua kali. Menulispun juga begitu. Pengalaman adalah guru terbaik, tapi pengalaman orang lain adalah guru paling baik. Apa saja yang bisa kita perbuat dengan pengalamana dalam dunia penulisan? Banyak banget! Misalkan: Pengalaman terburuk dalam hidup, jika kita punya pengalam buruk netu kita sudah menilai yang baik itu speerti apa. Contohnya sederhana, kita beli baju di toko A, dalam seminggu udah pada robek. Kit apasti punya bayangan, kalau beli di toko B pasti akan lebih awet. Nah dari situlah kita harus mengembangkan bayangan. Walau kita tidak pernah membeli di toko B tapi kita pernah membeli di toko A, maka baliklah semua kenyataan itu dengan imajinasi kita. Di toko B semua serba sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ukuran baju pas, enak dipakai dan tahan lama serta tidak luntur. Jika hari ini kita tidak bisa menulis 10 halaman, cari tau apa sebabnya. Koreksi diri dan hindarilah melakukan hal yang sama.
9. Melihat Hasil Finasial Kedepan.
Kenapa langkah ini perlu dipertimbangkan? Manusia adalah manusia. Apaan sih maksudnya? Manusi hidup perlu uang! Nggak munafiklah. Nggak mungkin kita nggak butuh uang untuk bertahan hidup. Menulis, walau tidak banyak –sebagian memang menghasilkan uang yang sangat banyak- namun hasilnya bisa dibilang lebih dari cukup. Contoh: JK Rawing, penulisnya Harry Porter sempat mau bunuh diri sebelum menjadi penulis, karena dia sangat miskin. Sekarang? Dia menjadi penulis paling kaya di dunia. AAC? Taukan Ayat-Ayat Cinta? Novelnya bestseller, filmnya? Meledak dibioskop! Tau sendirilah berapa yang didapat penulisnya? Andrea Hirata? Hmmm...nggak usah di ceritakan deh! Saya akan menceritakan buku saya saja, lebih mudah! Salah satu buku saya, terbitan Med Pres dalam 6 bulan terakhir terjual 1.700 buku. Nggak banyakkan? Rp. 3.400.000,- dengan royalti Rp. 2.000,-/bukunya. Jika saya punya 3 buku dan rata-rata terjual 100 buku/bulannya? Maka royalti yang saya dapatkan dalam 1 bulan adalah Rp. 1.000.000,-. Berhayal sebentar, jika saya punya 2 buku bestseller? 6.000 eksemplar terjual dalam 1 bulannya? Kalikan saja Rp. 2.000,- = Rp. 12.000.000,-/bulan. Kalau satu tahun masih bestseller? Rp. 144.000.000,/tahun. Jika hoby menulis bisa menghasilkan segitu banyak uang kenapa masih ragu?
10. Publikasi Diri.
Jika naskah sudah terbit, ini bukan satu hal yang narcis. Mepublikasikan diri ternyata mampu mendongkrak penjualan buku. Pertama kali saya menulis, saya tidak mengenal internet, setelah 1 tahun menulis saya baru kenal internet. Penjualannya? Bisa dibilang meningkat tajam. MIRC, Yahoo Masangger, Bloger, multiply, forum dll. Adalah sarana untuk memperkenalkan diri. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka jangan harap orang akan membeli karya kita. Penasaran dengan saya? Kunjungi: http://endikkoeswoyo.blogs
Diambil dari Ebook: 10 Langkah Mudah Jadi Penulis Untuk Pemula: Endik Koesoyo 2008: PiON: Penerbit Independent Online. www.penerbitonline.webs.com dan www.jaringanpenulis.com
0 komentar: